Pilihan sekolah dan Yayasan adalah sepakat aku dan istri (almh), lihat kurikulum nya selama sekolah berdiri hingga saat ini. Adanya merdeka belajar yang menyusupi kurikulum sekolah sebagai standar wajib yangg harus diakomodir sekolah jadi buah simalakama, tidak di sini sekolah lain juga, bahkan sekolah anak-anak teman saya bernasib sama.
Kesalahan revisi demi revisi (komoditas politik penguasa) Kurikulum Pendidikan Nasional kita adalah mereka menerapkan landasan dari Top ke Bottom (Sekolah ke Murid) harusnya itu di trial dan sosialisasi terlebih dahulu secara gradual (Tahunan) dan tidak seenak nya di terapkan sama rata. Ini bukan organisasi Bisnis (Perusahaan) tapi institusi Pendidikan yang pendekatan nya berbeda.
Pindah sekolah tidak menyelesaikan masalah, seperti pindah dari penyakit 1 ke penyakit lain. Orangtua tetap berusaha cari metode bimbing anak-anak dari rumah dengan waktu terbatas ini, agar mereka bisa selalu follow up tapi tidak memaksa. Learn should be fun and make kids diligent!
Orangtua sebatas bisa kurangi beban anak, antara materi sekolah, tugas tambahan dan les privat. Dan selain materi sekolah (keperluan ujian) kita off kan sementara hal sampingan itu. Kita sendiri bimbing anak-anak ini dirumah, kalo masih ada istri (almh) saya punya partner diskusi dan cari solusi bersama.
Think tank nya cuman saya, eksekusi nya juga saya sendiri. Saya pasti akan jaga anak-anak agar tidak stress, ditengah tumpukan kerjaan yang juga tidak sedikit ini. Ikhtiar dan Doa buat perjalanan selalu .. Bismillah