Lebih 2 tahun 2 bulan berlalu saat dunia kecil ku dan dia berujung lain, dunia serasa ambruk seketika. Oh orang-orang itu sekedar berujar manis, lip service, you need to be strong, ada anak-anak yang masih butuh orangtua yang masih hidup. Se shallow itu ya menyederhana kan situasi? Diantara sekelumit hal yang ada saat itu, dan akan bertambah, mendadak semua nya ditimpakan ke hayati se onggok ini yang bukan siapa-siapa.
Ya, benar Allah tidak akan memberi kebaikan melalui ujian dan cobaan, Allah yang paling tahu kemampuan endurance hamba Nya atas cobaan bertubi-tubi yang akan datang. Oh, betapa aku bersyukur sempat dititipkan pendamping terbaik hampir 7 tahun, memiliki turunan dari nya yang Insha Allah akan selalu mendoakan dia dan diriku semasa hidup hingga ajal tiba.
Saat teguran keras Nya, membuat ku kembali bersujud, takkan membuat ku merasa kurang bersyukur atas apapun yang dititipkan, istri, anak-anak, rejeki, kesehatan, dll. Tapi ada saat nya, ingatan itu akan kembali ke momen tengah malam kelam itu.
Dia pergi (sebelum ambulan menjemput, dia bertanya, “ikhlas aku jadi istri mu selama ini?”, kujawab “ikhlas dunia akhirat, Lillahi Ta’ala”), dan seketika dia tidak berada di samping ku, tak mendengar nafas terakhir nya, membantu nya me lafaz kan Laa illahailallah. Terasa di paksa terlewat dengan kondisi pandemi, berpisah tapi berjarak, ingin memeluk dia, tapi aturan dunia menghalang. Bila kupaksa, resiko buat anak-anak juga.
Ini bukan mengingat, maupun menyalahkan diri. Cuma terkadang pop-up sendiri di hati, ada chapter (bab) yang dipaksa lewat, dan aku ikhlas dia pergi with my consent (dan benar dia adalah hak Allah). Kenapa ya orang dahulu bisa menghidupi dan dampingi anak nya sebagai single parent (ada yg berhasil, tidak sedikit juga yang gagal), kenapa dunia saat ini serasa beda (kehidupan makin kompleks).
Akan tiba waktu nya anak-anak juga akan gede, meninggal kan ku sendiri, kembali ke titik senyap. Ter iritasi perlahan oleh waktu dan umur, sampai tidak ada yang menanggapi keberadaan ku, hilang dan akhirnya ajal dan bacaan mushaf jadi teman akhir ku.
Wallahu A’lam Bishawab