Menulis opini di media sosial sekarang jadi hal yang biasa, bahkan keberadaan portal sosial baik itu dengan karakter terbatas maupun tanpa batas memberi kemudahan semua orang untuk menulis apapun tanpa batas. Kebebasan #ekspresi benar dijamin, namun apakah yang ditulis sudah cukup memenuhi kaedah #etika dan tata krama dalam berbahsa an menulis?
Kembali ke zaman saat #blog ini awalnya saya mulai 2004 hingga kini, beberapa dari teman saya seangkatan dan #veteran blogger yang sudah lebih fokus pada aktfitas rutin masih menyempatkan menulis beberapa artikel dan opini pendek di blog kita. Saya ingat aturan sederhana dalam menulis artikel pendek adalah, buat lah bahasa serapih mungkin, mudah dimengerti dan jangan baku dalam bercerita, buatlah seolah kita bercerita face-to-face dengan audiens pembaca blog kita.
Bahasa yang kita gunakan dalam tulisan juga secara deskriptif menjadi penilaian orang mau berkunjung membaca tulisan kita kembali, opini dan kritik terbuka untuk di ikut sertakan dengan bahasa dan dalil yang bisa dimengerti dan diperdebatkan.
Saat ini kaedah sederhana yang kita selalu pegang dalam menulis online seperti dikesampingkan, #etika jadi nomor dua tanpa menyertakan dalil konkrit dan valid. Generasi muda sekarang dengan 140 karakter saja bisa berkicau di #linimasa dan sosial media mengenai banyak hal dari ke #galau-an tak mendasar hingga hal umum yang dikemas dengan bahasa sok asyik dan berkonotasi negatif dengan penyampaian bahasa negatif dan kasar.
Catatan buat penulis lain diuar sana, zaman semakin mudah dan canggih tapi jangan kesampingkan etika dalam menulis. Bila opini pribadi dan untuk konsumsi terbatas berbagilah dalam koridor khusus (grup). Blog maupun kicau bukan lah produk jurnalisme, tapi tetap harus tahu batas antara ekspresi dan etika yang normatif dan bertanggungjawab dalam semua hal yang kita tulis di dunia maya.
Selamat berkarya dan menulis. 😀 #Merawat kebebasan berekspresi yang beretika di internet