Juma’at lalu saya berkesempatan menerokai pesisir sungai kuantan dari kota Taluk hingga ke arah Cerenti sekitar 60km jarak antara kedua kota ini. Saya berangkat pagi hari pada Juma’at-an itu untuk berangkat ke kota itu, perkiraan awal waktu yang dibutuh kan sekitar 4-5 jam tergantung kondisi lebuhraya dan cuaca.
Saya dan saudara telah mendapat amaran bahaya jalanan yg masih berlubang dan banyak nya kenderaan lori yang akan ditemukan sepanjang jalan. Benar ada nya, lori banyak kami temui saat arah balik ke Pekanbaru dengan muatan bebatuan dan bahkan muatan logging (apakah berizin untuk menebang pokok pohon apa tidak, walahuallam).
Acara yang nak kita tuju sebenarnya adalah even lokal yang sudah masuk kalendar pariwisata Nasional, “Pacu Jalur”. Tiap desa di daerah ini mengadakan lomba dalam mendayuh semacam sampan kecil panjang. Bahkan bagi masyarakat tempatan adalah terlarang utuk memotong pokok pohon yang dibuat untuk lomba ini, karena jumlahnya sudah tak banyak lagi.
Beberapa hari sebelum kami kesana, beberapa desa telah mengadakan lomba ini di aliran sungai tepat dimana desa mereka berada. Rasanya beberap hari sebelum nya mereka mengadakan lomba ini juga di daerah Benai (atau Basrah) saya terlupa dan takut silap.
Agenda lain dari perjalanan ini mengunjungi sanak keluarga dari pihak bapak yang berada di sekitar daerah Inuman (belum sampai kearah perbatasan Cerenti). Ada desa bernama “Banjar nan tigo”. Disanalah destinasi lain kami, melakukan Juma’atan dengan warga sekitar.
Benar adanya bagi kita pendatang dengan kendaraan mobil, orang tempatan mengamati dengan seksama. Sempat terperanjat, agak ragu-ragu dan berusaha bercakap santun sewajar nya saja.
Bercerita panjang lebar dengan keluarga dan warga sini, ada saja folklore dan mistis yang tidak di perbincangkan secara umum. dari santun bercakap, santun dalam jamuan, hati-hati dalam menerima makan minum dan banyak hal lain nya.
Karena tujuan awal kami adalah acara pacur jalur di Taluk Kuanatan, kami telah tempah penginapan di kota tersebut sebelumnya. Ramai sangat, hampir semua penginapan penuh, alhamdulillah kami telah tempah penginapan untuk 3 hari dan bayar dimuka.
Pada hari H, seperti tahun sebelumnya saudara di sini cerita ramai tempat acara hanya pada hari pembukaan (seremonial) dan hari penutupan. Benar adanya hari kedua keesokan hari nya, warga tak lah seramai hari pertama. Bahkan acara seremonial hari pertama berlanjut hingga jam 10 malam dan juga disiarkan radio lokal 100.9 Kuansing FM.
Ada penemuan tak terduga di sekitar tempat penginapan kami. Karena banyak jalan kota di tutup oleh polisi dan dishub maka bila tidak berjalan ke tempat acara dari bundaran, adalah mustahak kami cari jalan alternatif lain untuk dapat merekam dan mengambil gambar acara pacu jalur ini. Selain itu tukang parkir di arena utama (dekat pasar) bisa charge parkir hingga 20 ribu per mobil.
Di samping penginapan kami ada jalan besar, masih dalam tahap pengerasan tanah. Telah ada lampu jalan untuk 2 jalur. Dan banyak warga dengan hanya motor basikal ber ramai-ramai lewat jalur itu bahkan ada beberapa kendaraan mobil mencoba lewat jalur ini juga.
Tergerak hati nak cuba kemana arah jalan ini, setelah dicoba pada siang hari ternyata jalur ini tembus ke pinggiran sungai juga dan aspal sempit. Dan bila diteruskan kita akan bertemu sebuah jembatan yang menyeberangkan kita ke desa Teluk Seberang. Kami juga menemukan diantara perjalanan itu ada gerbang masuk dengan gapura bertulis “Selamat datang di Kenegerian Taluk Kuantan”. Pertama ku kira itu kerajaan atau semacam itu, seperti nya hanya sebuah desa.
Di desa Teluk Seberang, jalan lebih sempit tapi ber aspal. Jadi ekstra hati-hati dengan ramai nya motor basikal. Banyak motor tak ber plat disini. Untuk view terbaik kita bisa turun ke tepian sungai di bawah ada semacam pasir di pinggiran sungai yang sama rata dengan permukaan sungai. Ya semacam pantai kecil di pinggir sungai. Nah dari situ adalah view terbaik untuk pengambilan gambar.